Tema 7 Subtema 2 Pertemuan 1
KEGIATAN AWAL
- Dengan membaca, siswa dapat mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dengan penuh kepedulian
- Dengan membaca, siswa dapat mengetahui peristiwa pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dengan penuh kepedulian.
- Dengan membaca dan mengamati, siswa dapat mengidentifikasi nilai-nilai luhur dalam keragaman masyarakat dengan penuh kepedulian.
- Dengan mengamati, siswa dapat mengetahui kegiatan-kegiatan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya yang menunjukkan nilai-nilai persatuan dalam keragaman dengan penuh tanggung jawab.
Bahasa Indonesia
Pembentukan BPUPKI
1 Maret 1945 Jepang meyakinkan
Indonesia tentang kemerdekaan dengan membentuk Dokuritsu Junbi Tyosakai atau
BPUPKI (Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). kemudian pada
28 April 1945, Jenderal Kumakichi Harada, Komandan Pasukan Jepang Jawa melantik
anggota BPUPKI di Gedung Cuo Sangi In, di Pejambon Jakarta (sekarang Gedung
Kemlu). saat itu Ketua BPUPKI yang ditunjuk Jepang adalah dr. Rajiman
Wedyodiningrat dengan wakilnya Icibangase (Jepang) serta Sekretaris R.P.
Soeroso. Jml anggota BPUPKI saat itu adalah 63 orang yang mewakili hampir
seluruh wilayah di Indonesia.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI
dibubarkan Jepang dan untuk menindaklanjuti BPUPKI, Jepang membentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Iinkai. PPKI
beranggotakan 21 orang yang mewakili seluruh lapisan masyarakat Indonesia
dipimpin oleh Ir. Sukarno, dengan wakilnya Drs. Moh. Hatta serta penasihatnya
Ahmad Subarjo. kemudian Tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah karena kalah
setelah bom atom dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki. Kala itu Kondisi di
Indonesia tidak menentu namun membuka peluang baik karena Jepang menyatakan
kalah perang namun Sekutu tidak ada. Inilah waktu yang tepat sebagai klimaks
tonggak-tonggak perjuangan berabad-abad untuk menjadi bangsa yang berdaulat.
kemudian 3 hari setelah Jepang tak berdaya, yaitu tanggal 17 Agustus 1945,
pukul 10.00 dinyatakan proklamasi kemerdekaan Indonesia keseluruh dunia.
Peristiwa Pembacaan Teks Proklamasi
Pembacaan teks Proklamasi
Kemerdekaan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945. Sejak pagi,
telah dilakukan persiapan di rumah Ir. Soekarno, untuk menyambut Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul
di tempat itu. Mereka ingin menyaksikan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Sesuai kesepakatan yang diambil di rumah Laksamana Maeda, para tokoh
Indonesia menjelang pukul 10.30 waktu Jawa zaman Jepang atau pukul 10.00 WIB
telah berdatangan ke rumah Ir. Soekarno. Mereka hadir untuk menjadi saksi
pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Acara yang disusun dalam upacara di kediaman Ir. Soekarno itu, antara lain sebagai berikut.
a. Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
b. Pengibaran bendera Merah
Putih.
c. Sambutan Wali Kota Suwiryo dan
dr. Muwardi.
Upacara Proklamasi Kemerdekaan
berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat memberi aba-aba siap kepada
semua barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan sikap sempurna.
Suasana menjadi sangat hening. Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dipersilakan
maju beberapa langkah dari tempatnya semula. Ir. Soekarno mendekati mikrofon.
Dengan suaranya yang mantap, Ir. Soekarno didampingi Drs. Moh. Hatta membacakan
teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang telah diketik oleh Sayuti Melik.
Berikut teks Proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik.
P R O K L A M A S I
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.
Sesaat setelah pembacaan Proklamasi
Kemerdekaan, dilanjutkan upacara pengibaran bendera Merah Putih. Bendera Sang
Saka Merah Putih dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno. Suhud mengambil bendera
dari atas baki (nampan) yang telah disediakan dan mengibarkannya dengan bantuan
Shodanco Latief Hendraningrat. Kemudian, Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan
hadirin yang datang bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera
dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan syair lagu Indonesia Raya. Seusai
pengibaran bendera Merah Putih, acara dilanjutkan sambutan dari Wali Kota
Suwiryo dan dr. Muwardi.
Peristiwa Menjelang dan Sesudah Pembacaan Teks Proklamasi
Setelah mendengar berita Jepang
menyerah kepada Sekutu, bangsa Indonesia mempersiapkan dirinya untuk merdeka.
Perundingan-perundingan diadakan di antara para pemuda dengan tokoh-tokoh tua,
maupun di antara para pemuda sendiri. Walaupun demikian, antara tokoh pemuda
dan golongan tua sering terjadi perbedaan pendapat. Akibatnya, terjadilah
“Peristiwa Rengasdengklok”. Pada tanggal 16 Agustus pukul 04.00 WIB, Bung Hatta
dan Bung Karno beserta Ibu Fatmawati dan Guntur Soekarno Poetra dibawa pemuda
ke Rengasdengklok agar tidak terpengaruh oleh Jepang. Tujuannya mendesak
golongan tua untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Setelah
melalui perdebatan dan ditengahi Ahmad Soebardjo, menjelang malam hari, kedua
tokoh, Bung Hatta dan Bung Karno, akhirnya kembali ke Jakarta. Rombongan
Soekarno-Hatta sampai di Jakarta pada pukul 23.00 WIB. Soekarno dan Hatta
setelah singgah di rumah masing masing, lalu bersama rombongan lainnya menuju
rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta (tempat Ahmad
Soebardjo bekerja). Di tempat itu, mereka akan merumuskan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
Perumusan
sampai dengan penandatanganan teks Proklamasi Kemerdekaan baru selesai pada
pukul 04.00 WIB dini hari pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada saat itu juga,
disepakati bahwa teks Proklamasi akan dibacakan di halaman rumah Ir. Soekarno
di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta pada pukul 10.00 WIB.
Adapun peristiwa setelah
dibacakannya teks Proklamasi Kemerdekaan sebagai berikut.
1. Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Para pemuda menyebarkan berita
Proklamasi melalui berbagai cara, antara lain menyebar pamflet, mengadakan
pertemuan, dan menulis pada tembok-tembok.
Wartawan
Kantor Berita Domei (sekarang Kantor Berita Antara), Syahruddin berhasil
menyelundupkan teks Proklamasi dan diterima oleh Kepala Bagian Radio, Waidan B.
Palenewen. Teks Proklamasi tersebut kemudian diberikan kepada F. Wuz untuk
segera disiarkan melalui radio.
Berita
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia juga disebarkan melalui beberapa surat kabar.
Harian Soeara Asia di Surabaya adalah koran pertama yang menyiarkan berita
Proklamasi.
Pihak pemerintah Republik
Indonesia juga menugaskan para gubernur yang telah dilantik pada tanggal 2
September 1945 untuk menyebarluaskan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di
wilayahnya.
2. Sambutan Rakyat di Berbagai Daerah terhadap Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
Peristiwa
penting yang menunjukkan dukungan rakyat secara spontan terhadap Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, antara lain sebagai berikut.
a. Rapat Raksasa
di Lapangan lkada (Ikatan Atletik Djakarta) Jakarta pada tanggal 19 September
1945 menyambut kemerdekaan.
b. Usaha menegakkan kedaulatan juga
terjadi di berbagai daerah dengan adanya tindakan heroik di berbagai kota yang
mendukung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, antara lain di Yogyakarta,
Semarang, Surabaya, Aceh, Bali, Palembang, Kalimantan, Bandung, Makassar,
Lampung, Solo, Sumatra Selatan, dan Sumbawa
PPKn
Indahnya Hidup Berbhinneka Bersatu dalam Perbedaan
Indahnya
Hidup Berbhinneka Bersatu dalam Perbedaan. Kita hidup di tengah-tengah
masyarakat yang mempunyai keanekaragaman di segala bidang kehidupan. Meskipun
bermacam-macam dan berbeda, tetapi kita tetap sanggup bersatu dan hidup dengan
rukun.
1. Indahnya Hidup Berbhinneka
Perhatikan
lambang negara kita, Burung Garuda. Lihatlah pita yang dicengkeramnya.
Pada pita itu, tertulis kalimat “Bhinneka Tunggal Ika”. Kalimat tersebut
diambil dari Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, yang mempunyai arti berbeda-beda
tetapi tetap satu. Kata-kata tersebut lalu diberi makna yang lebih luas dan
menjadi semboyan “meskipun berbeda-beda, tetapi tetap satu jua”. Semboyan
itulah lalu yang mengikat keberagaman bangsa menjadi satu kesatuan.
Ketika bergaul dengan sahabat dalam kehidupan sehari-hari, tentu kau akan
bertemu dengan keanekaragaman. Kamu akan berbeda dengan teman-temanmu. Mungkin
kau dengan temanmu berbeda dalam kepandaian, keterampilan, hobi, ukuran tubuh,
warna kulit, kebiasaan, bahkan suku, golongan, budaya, dan agama. Lalu,
bagaimana kau harus bersikap?
Untuk menerapkan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika, kau pun tidak perlu harus
menjiplak temanmu atau orang lain supaya terlihat sama. Kamu tidak harus
menyerupai orang lain. Biarlah kau berbeda dengan orang lain dan orang lain
biarlah berbeda dengan dirimu.
Kamu harus menyadari perbedaan
itu anugerah dari Tuhan Yan Maha Esa yang harus kita syukuri. Dengan demikian,
kau tidak perlu berselisih hanya alasannya ialah adanya perbedaan. Kamu harus
mensyukuri perbedaan dengan cara menghormati dan menghargai teman-temanmu.
Dengan begitu, perbedaan itu justru menciptakan hidup makin indah.
2. Indahnya Hidup Bersatu dalam Perbedaan
Kita tidak
sanggup hidup sendiri. Kita membutuhkan sumbangan orang lain. Demikian pula,
kita juga sanggup membantu orang lain. Dengan saling membantu di tengah
masyarakat, hidup akan terasa aman, nyaman, dan tenteram. Misalnya, dalam bidang keamanan masyarakat. Untuk menjaga keamanan masyarakat,
setiap anggota masyarakat wajib melakukan ronda sesuai jadwal. Semua menerima
kewajiban yang sama, tidak memandang beliau kaya atau miskin, tidak pula
memandang asal suku dan agama. Dengan demikian, di masyarakat, akan tercipta
keamanan dan ketertiban. Itulah salah satu arti pentingya persatuan dalam
perbedaan.
Apa yang akan terjadi jikalau tidak ada persatuan di masyarakat? Tanpa
persatuan, kerukunan di masyarakat sulit terwujud. Setiap orang akan hidup
mementingkan dirinya sendiri. Di antara orang, akan muncul rasa saling curiga.
Hidup tidak akan nyaman.
Salah satu wujud konkret adanya kerukunan dan persatuan di masyarakat ialah
tradisi gotong royong. Misalnya, bergotong royong membangun rumah. Gotong
royong melibatkan semua unsur masyarakat.
0 Response to "Tema 7 Subtema 2 Pertemuan 1"
Posting Komentar
Silakan berkomentar dengan sopan dan sesuai materi di blog ini